profile-image

Muhammad Ryan Al Khadafy

tidak ada usaha yang mengkhianati hasil .. berjuanglah
icon-annouce
menjadi penulis bukan keingingan ku .. tapi kehidupan memaksaku untuk menulis yang terjadi .. walaupun tidak sebaik penulis mahir .. my idola buya hamka
icon-arrow-right
1
Cerita
0
Joy
Cerita Muhammad Ryan Al Khadafy
 

Fan board

serdadurindu
aku ninggalin jejak disini yaa, jangan lupa mampir ke ceritaku ya kak (⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠) saling follow yuu kak (⁠≧⁠▽⁠≦⁠) semangatt kamuu (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
1
Enik Yuliati
Simpanan Kesayangan Part 1. Berita perselingkuhan suami. Pov. Shellyn Pelan-pelan, kurasakan tangannya yang kokoh mulai bergerilya menjamah wajahku. Tatapan matanya yang penuh cinta, kian membuatku terlena. Seolah sedang menelisik wajahku, seolah dia sedang menilai sejauh mana kecantikanku. Kuberikan segenap cinta dan kasihku. Ku pasarahkan hatiku, ku pasrahkan jiwa dan ragaku. Aku pun begitu menikmati semua cinta yang dia berikan. Menikmati semua kasih sayang yang dia persembahkan. Kunikmati waktu demi waktu yang bergulir dengan begitu syahdu, hanya bersamamu. Ku tumpahkan rasa rindu yang demikian membuncah, menyesakkan dada. Bersamamu, kekasih halalku. **** Di sinilah, aku bersamanya. Di sebuah hotel bintang lima, di lantai tiga. Hujan deras di akhir pekan, membuat kami tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat mewah ini, untuk saling menikmati, saling melepas kerinduan yang yang hampir tidak dapat terbendung lagi. Di tempat seperti inilah, kami biasa mencuri waktu, di tengah kesibukannya sebagai seorang aktor yang sedang naik daun. "Sayang, maaf, nanti malam aku harus pergi lagi," ucapnya. Aku yang masih berselimut di tempat tidur, hanya bisa memandangnya dengan gamang. Ada rasa kecewa yang menyeruak di dalam dada. Selalu seperti itu. Dia akan pergi meninggalkan aku, setelah semuanya selesai. Setelah dia menuntaskan hal yang disebutnya dengan nafkah batin. "Simpanan kesayanganku, kenapa cemberut ?" godanya. Aku hanya diam, tidak menanggapinya. "Kamu jangan khawatir, dini hari nanti, aku bakalan pulang ke sini. Aku akan tidur di sini, memelukmu sampai pagi. Kita akan bersenang-senang," janjinya. Dia pun berjalan mendekatiku. Kulihat perutnya yang kotak-kotak, seperti roti sobek, yang terlilit handuk di bawahnya. Kulihat rambutnya yang basah. Bahkan di dadanya masih menetes air dari rambutnya, yang menambah kadar pesonanya. Jangan bayangkan, saat keringat dari tubuhnya bercucuran, saat bersamaku tadi. Siapa pun akan berteriak girang dan histeris, jika melihatnya. Dia selalu tampak maskulin, selalu tampak seksi di mataku. Bukan hanya di mataku, namun di mata jutaan para penggemarnya, yang tengah menggandrunginya. **** Siapa yang bisa menyangkal pesona seorang Zayn Abdul Malik. Bintang muda yang tengah naik daun. Yang sedang menjadi idola bagi para remaja, hingga ibu rumah tangga. Dari Sumatera hingga Papua, semua pasti mengenalnya. Bahkan hanya dengan mendengar namanya, mereka akan berteriak dengan histeris. Wajahnya yang tampan rupawan, seolah terpahat dengan begitu sempurna. Di tambah lagi dengan jam terbang yang sangat tinggi, di layar lebar maupun di layar kaca. Membuat dia begitu digilai oleh kaum hawa. Pesonanya, mampu meluluh lantakkan hati semua wanita. **** Serasa seperti mimpi, saat Ayah dan ibunya datang, untuk melamarku. Sebuah anugerah yang sangat luar biasa, saat dia ingin menghalalkan aku. Meskipun harus melewati jalan yang demikian berliku, demi untuk sebuah pernikahan resmi, yang dirahasiakan dari publik. Aku yang sedang merintis karir sebagai seorang model, harus merelakan mimpiku, demi menikah dengan pujaan hatiku. Aku yang dulunya selalu berpakaian modis, dengan gaya stylish, sekarang sudah berhijrah, mengikuti adab keluarga suamiku. Kututup seluruh auratku dengan kerudung lebar, yang menjulur hingga menutupi dada. Akulah, istri sah, yang disembunyikan. Namun dia sering menyebutku dengan simpanan kesayangan. Saat dia hanya berdua denganku, dia akan menjadi seorang suami yang sangat penyayang. Suami yang sangat romantis. Kata-katanya terdengar begitu manis. Namun saat kami ada di ruang publik, dia akan menjadi pribadi yang berbeda, seolah di antara kami tidak ada ikatan apa-apa. Seolah kami adalah orang lain, yang tidak saling mengenal. Jangan tanyakan, bagaimana perasaanku. Memiliki suami dengan predikat aktor, namun aku tidak bisa memamerkannya. Tidak bisa untuk sekedar menemuinya, saat hatiku tengah dirundung rindu. Bahkan untuk sekedar memasang fotonya di media sosialku, aku harus berfikir ribuan kali. Aku hanya bisa memamerkan punggungnya, untuk sekedar kuunggah di dunia maya. Tidak, dengan wajahnya. Aku hanya bisa memamerkan tangan kami yang saling menggenggam. Aku hanya bisa memamerkan sepatu kami yang saling berjejeran. Aku seperti tidak punya hak, atas suamiku sendiri. Kadang, dalam heningnya malam, saat dia sibuk, tidak bisa pulang, aku menangisi pernikahan ini. Pernikahan yang tidak seperti pada umumnya. Pernikahan yang disimpan demikian rapat, demi karir suamiku. **** "Sayang, bangun, dong, mandi. Apa mau aku yang mandiin?" Suamiku berjalan mendekatiku. Tiba-tiba saja, dia sudah menyibak selimut tebal, yang menutupi tubuhku. Dia mengangkat tubuhku begitu saja, dan memasukkan aku ke kamar mandi. Aku hanya bisa menurut, saat dia mulai membasahi tubuhku dengan air yang mengalir. Aku hanya pasrah, ketika dia mulai menggerakkan tangannya, untuk menggosok hingga ke kakiku, dengan sabun. "Sayang, pejamkan mata kamu," perintahnya. Dia pun mulai menuangkan shampo ke atas rambutku. Telapak tangannya yang besar, mulai mengacak rambutku dengan lembut. "Aduh, istri kesayanganku lagi ngambek, sampai gak mau mandi sendiri," gumamnya, sambil tersenyum. Setelah itu, dia mulai mengguyurkan tubuhku di bawah shower. Perlakuannya sangat manis, bahkan teramat manis. Hanya satu yang tidak bisa dia berikan. Yaitu mengakui di depan publik, bahwa dia sudah menikahi aku. Dan aku pun tidak bisa menuntut untuk hal itu, karena memang sebelumnya hal itu sudah dibicarakan dengan semua anggota keluarga, dan kami semua sudah saling sepakat. Apalagi, Mas Malik masih belum menyelesaikan sebuah kontrak kerja, yang masih kurang satu tahun. Dalam kontrak itu, ada poin yang menyatakan, tidak boleh menikah, sebelum kontrak selesai. Pernikahan yang seharusnya membahagiakan, penuh dengan ucapan selamat pun, harus berjalan dengan sembunyi-sembunyi. Entah bagaimana, orangnya Mas Malik mengurus semuanya. Yang jelas, pernikahan kami adalah pernikahan resmi yang tercatat oleh negara, dan kami pun memegang surat nikah. **** "Sayang, habis Maghrib nanti aku ajak kamu naik ke lantai paling atas. Kita melihat lampu-lampu, yang sangat indah. Sebisa mungkin, aku akan meluangkan waktuku untuk menemanimu, jika aku sedang tidak bekerja," kata Mas Malik, sambil mengeringkan rambutku dengan hair dryer. Aku pun mengangguk, tersenyum ke arahnya. Dia selalu berhasil mengembalikan mood ku yang sudah berantakan. **** Benar saja, setelah shalat magrib, Mas Malik segera memakai masker dan topi. Dia menggandeng tanganku, memasuki lift, menuju lantai paling atas. Setelah itu kami berlari menaiki tangga, menuju atap hotel. Setelah menikah, aku jadi mempunyai kebiasaan baru. Yaitu lari-lari. Saat berjalan, suamiku akan setengah berlari. Mungkin karena kebiasaannya menghindari wartawan. Tampaklah pemandangan yang sangat menakjubkan. Indahnya metropolitan, terlihat dari gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Aku takjub dan berdecak kagum. "Mas, kamu kok tahu tempat ini, dari mana?" Kusandarkan kepalaku, ke dadanya yang bidang. "Aku pernah syuting di sini," jawabnya. Dia memeluk tubuhku, sambil mencium pucuk kepalaku. "Lawan mainnya, siapa?" Aku bertanya karena penasaran. "Lupa, sudah dulu sekali. Dulu, sebelum aku nikah sama kamu. Namun nama kamu sudah ada di sini, waktu itu." Kata suamiku, sambil menarik tanganku, dan menempelkan di dadanya. Dia menatap wajahku dengan sangat dalam. "Bahkan waktu itu aku sudah berharap, semoga suatu hari nanti, aku bisa menghalalkanmu, dan mengajakmu ke sini. Dan sekarang, semua bisa terwujud, meskipun aku harus sambil bekerja," terangnya. Mendengar kata-katanya, seketika aku merasa bahagia, seolah ada kupu-kupu yang berterbangan di hatiku. Aku memeluknya, lebih erat lagi. Ya, suamiku memang sudah berkali-kali bercerita, bahwa dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, ketika melihatku waktu itu, lima tahunan yang lalu. Katanya. Seandainya saja, mereka semua tahu. Bahwa Zein Abdul Malik, sudah menjadi suamiku. "Mas, aku pingin sesuatu, boleh enggak?" tanyaku manja. Aku pun melepas masker itu dari wajahnya. Dia pun mencubit hidungku, dengan sayang. Dalam keadaan remang-remang, aku bisa melihat wajahnya yang sangat tampan. "Apa, katakan saja. Aku sudah mentransfer uang, ke rekeningmu, besok kamu bisa bersenang-senang, bersama para sepupumu," Menyebalkan. Bahkan di saat seperti ini, dia justru membahas soal uang. "Aku ingin, kamu teriak di sini, bahwa kamu sudah menikahi aku," pintaku. "Ok, siapa takut?" "Hai, dunia. Aku, Zein Abdul Malik, sudah menikahi Shellyn. Perempuan yang paling cantik, di dunia. Aku mencintainya, aku tergila-gila kepadanya !" teriaknya sangat kencang, namun sayang, tidak akan mungkin terdengar sampai ke bawah sana. "Sudah, puas kamu, Sayang? Kamu jangan khawatir, suatu saat nanti aku akan mengakuimu sebagai istriku, kepada semuanya. Maaf, untuk saat ini, aku belum bisa." Dia pun menggenggam tanganku, seolah bisa membaca kemelut di hatiku. Kemudian memakai kembali masker untuk menutupi wajahnya. "Turun, yuk ? Sebentar lagi aku harus pergi ke lokasi syuting," Dia menarik tanganku, mengajakku berjalan cepat dengan setengah berlari, hingga sampai di kamar yang kami tempati. Kami tidur terlentang di ranjang, sambil mengatur nafas kami yang tersengal. "Kamu itu adalah yang paling istimewa, di hatiku. Pernikahan ini bukan mainan, hanya saja belum bisa mengabarkan kepada semua. Nanti, jika waktunya tiba. Pasti aku akan memperkenalkan kamu, sebagai istriku. Bukan lagi sebagai simpanan kesayanganku. Kamu harus lebih bersabar lagi," Dia berbicara dengan kalimat yang terputus-putus, karena nafasnya masih tidak beraturan. Aku hanya diam, tidak hendak menjawabnya. Aku takut akan keliru dalam berucap, hingga membebani pikirannya. "Sayang, jaga diri baik-baik. Kamu jangan nakal. Inshaallah aku langsung pulang, jika pekerjaanku selesai. Kamu jangan khawatir. Aku sudah punya benteng yang kokoh, sejak kecil. Aku tidak mungkin, melakukan hal yang tidak-tidak, di luar sana. Apalagi sekarang sudah ada kamu, istri kesayangan aku. Menantu ibuku, yang paling cantik. Yang penting, kita harus saling percaya. Tanamkan kepercayaan itu, yang sedalam-dalamnya. Jangan mudah terhasut, jangan pernah dengarkan berita sampah. Ok ?" Dia menciumku dengan sangat lembut, dan dalam. Sebelum akhirnya dia keluar dari kamar hotel meninggalkanku. Aku yang merasa jenuh, ditinggal sendirian, kemudian mencoba menyapa para followerku. Ya, aku juga adalah seorang selebgram, dengan followers jutaan. Setelah merasa bosan dengan ponselku, aku pun mencoba untuk menonton TV. Semua channel hanya berisi acara yang membosankan. Aku yang sedang sibuk mengganti channel TV, tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah berita. "Seorang aktor kenamaan tanah air, Zein Abdul Malik, diisukan sedang dekat dengan lawan mainnya. Mereka diisukan terlibat cinta lokasi." Kulihat pembawa acara di tv itu mulutnya terus komat kamit, menganga dan mengatup. Dia terus saja menyebut nama suamiku, dan nama lawan mainnya dalam sinetron yang sedang dibintanginya. Kemudian diiringi dengan beberapa video dan foto-foto yang menampilkannya kebersamaan suamiku, bersama perempuan itu. Cerbung ini sudah ending di akun joylada saya. Yuk, baca 😍
1
Faida Risqiana
Assalamualaikum, salam kenal ya Kak, bila berkenan yuk mampir ke ceritaku, judulnya Kegagalan Membawa Berkah 🙏☺️
1
Sanflawah🌻[HIATUS]
okeee
6
Kei Hana
Hai kak, mampir baca cerita aku yuk. Like, komen dan kasih ulasan jg ya pasti aku feedback kok. Langsung bales chat ini aja ya kalau udah mampir biar langsung di feedback. Terimakasih Kalau belum di feedback dalam 3 hari, bisa spam chat ini ya. Aku feedback nya berurutan 😭 Oh ya kak, semangat berkarya ya. Semoga sukses
3
Coco panda
Mampir keceritaku kuy Siapa tau suka 😅
2